Seperti hari-hari kemarin,Tetap saja ada perasaan sedih yang menghantui relung hati
Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena
persoalan besar, bukan juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena
satu pertanyaan yang dilontarkan pemateri ketika mengikuti acara Smart Parenting.
”Bagaimana caranya untuk mengetahui kalo anak berumur 1-5 tahun menyayangi orang
tuannya” ? Ya, pertanyaan itulah yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga
Hamzah mengakui kalo dirinya bukanlah ayah yang baik. Marah adalah hal yang wajar
terjadi. Namun, marah ketika terlihat oleh anak berusia 2 tahun adalah perkara yang
berbahaya untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu
ia bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.
Mulai saat itu, setiap hari Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya
satu tujuannya. Bagaimana mendapatkan jawaban dari Ridwan anaknya ! Bermain dan
bercengkerama dengan anaknya lebih lama adalah solusi yang tepat untuk mendapatkan
jawaban kata ”Iya”. Hari itu Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran
tubuh Ridwan. Mereka bermain lebih lama. Hamzah rela menjadi penjaga gawang yang
berpura-pura jatuh ketika menangkap bola. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga
mengundang tawa Ridwan. Hingga mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk
sebentar. Hamzah mengambikan segelas air minum yang akan diminum berdua. Pikiran
Hamzah, Ini saat yang tepat menanyakannya. ”Nak, Ridwan sayang sama abi ga ?” Kali ini
Ridwan menatap wajah Hamzah. Hamzah menanti…..tiba-tiba Ridwan berkata ”Abi, ayo
main bola lagi !…. Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak
tepat pikirnya.
Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena
persoalan besar, bukan juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena
satu pertanyaan yang dilontarkan pemateri ketika mengikuti acara Smart Parenting.
”Bagaimana caranya untuk mengetahui kalo anak berumur 1-5 tahun menyayangi orang
tuannya” ? Ya, pertanyaan itulah yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga
Hamzah mengakui kalo dirinya bukanlah ayah yang baik. Marah adalah hal yang wajar
terjadi. Namun, marah ketika terlihat oleh anak berusia 2 tahun adalah perkara yang
berbahaya untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu
ia bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.
Mulai saat itu, setiap hari Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya
satu tujuannya. Bagaimana mendapatkan jawaban dari Ridwan anaknya ! Bermain dan
bercengkerama dengan anaknya lebih lama adalah solusi yang tepat untuk mendapatkan
jawaban kata ”Iya”. Hari itu Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran
tubuh Ridwan. Mereka bermain lebih lama. Hamzah rela menjadi penjaga gawang yang
berpura-pura jatuh ketika menangkap bola. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga
mengundang tawa Ridwan. Hingga mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk
sebentar. Hamzah mengambikan segelas air minum yang akan diminum berdua. Pikiran
Hamzah, Ini saat yang tepat menanyakannya. ”Nak, Ridwan sayang sama abi ga ?” Kali ini
Ridwan menatap wajah Hamzah. Hamzah menanti…..tiba-tiba Ridwan berkata ”Abi, ayo
main bola lagi !…. Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak
tepat pikirnya.
Malam harinya, Hamzah membacakan buku ”Akhlaq Islami” kepada anaknya. Kali
ini Hamzah membacanya dengan sabar dan lebih lama dari biasanya. Malam itu 9 buku
dibacanya sampai habis. Hingga ketika anaknya terlihat mengantuk, Hamzah berinisiatif
untuk menyeka punggung Ridwan. Ketika usapan demi usapan dilakukannya, terbesit
keingginan untuk menanyakan kepada anaknya ”Nak, Ridwan sayang ka sama abi?”…
Ridwan terdiam, ternyata Ridwan keburu tidur sebelum ditanya. Hmm….biarlah, mungkin ia
letih bermain tadi siang. Sambil mengusap punggung, dipandanginya wajah anaknya.
Hamzah berkata di telingga anaknya. ”Nak, maafkan abi jika ternyata abi bukanlah ayah yang
baik untukmu. Hingga engkau sulit mengatakan kata ”Iya”. Tapi biarlah, abi akan berusaha
menjadi ayah yang baik”.
Malam pun berlalu, tanpa jawaban yang diimpikannya….
Sepulang shalat subuh, dompetnya berserakan! Ridwan ternyata telah bangun ketika
Hamzah ke masjid. Foto dan tanda pengenal berceceran kemana-mana. Dengan sabar
Hamzah mengambilnya dan memperbaikinya kembali. Hamzah berkata ke anaknya”Jangan
dibuka dompet abi ya, disini banyak tanda pengenal yang penting. Nanti kalo hilang
bagaimana ? ” Ridwan mengangguk tanda setuju. ”Oke! Ayo kita toss dulu” kata Hamzah.
Dan Ridwan pun mengangkat dan membuka jarinya untuk toss dan tersenyum.
”Ok ummi, ayo berangkat” kata Hamzah. Waktu menunjukkan pukul 06.50.
eh,ternyata Ridwan tak mau ganti baju. Bajunya yang dipake tidur tidak mau digantinya. Baju 49
bermotif mobil traktor dengan saku di depan itu terlihat kumal. Tapi Ridwan tetap tak mau
ganti baju. Bahkan sampai menangis ketika bajunya mau dilepas. Karena takut terlambat ke
kantor, maka biarlah Ridwan tidak mandi dan tak mau ganti baju.
Sore itu, Hamzah pulang tak lagi tergesa-gesa. Toh Ridwan tak menunjukkan itikad
mengucapkan kata-kata ”Iya” untuk dirinya. Maka kali ini Hamzah melakukan aktifitas
seperti biasa. Menjemput Ridwan di rumah nenek yang ternyata memakai baju yang sama
dengan baju tadi pagi. Kata nenek ”Ridwan ngak mau ganti baju, dia jingkar ( Menangis
hebat ) kalo bajunya mau dilepas”
Malam itu Hamzah tak ingin bermain bola bersama anaknya. Hamzah menggiring
Ridwan untuk tidur lebih awal. Maka diiringilah tidur Ridwan dengan tilawah.Setelah
terlelap tidur. Hamzah meminta istrinya untuk mengganti baju Ridwan yang kumal karena
besok pagi giliran Hamzah yang mencuci baju.
Sepulang shalat subuh, Ridwan belum bangun. Tumpukan baju satu persatu
dicucinya. Hingga tiba pada baju bermotif traktor Ridwan. Baju yang dipake seharian. Ketika
mencuci, Hamzah menemukan foto 4×6 dirinya di saku baju Ridwan…Dan hal itulah yang
membuat Ridwan tersenyum dan berkata dalam hati ”Tak usahlah engkau berkata ”Iya” Nak.
Abi sudah tahu jawabannya”……
Anak-anak Belajar Dari Kehidupannya
jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan toleransi ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dorongan ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan pujian ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan sebaik-baik perlakuan ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan rasa aman ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dukungan ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan kasih sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar